Skip to main content

Swedia pernah mengalami demam padel yang luar biasa. Olahraga yang merupakan perpaduan antara tenis dan squash ini meroket popularitasnya, mengubah lanskap industri olahraga negara itu dalam waktu singkat. Namun, secepat popularitasnya menanjak, secepat itu pula tren ini meredup, meninggalkan jejak fasilitas kosong dan puluhan perusahaan yang bangkrut.

Puncak Ketenaran di Era Pandemi

Antara tahun 2016 hingga 2020, Swedia menjadi saksi bisu ledakan popularitas padel. Jumlah lapangan padel di negara itu meningkat lebih dari 1.000% karena hampir semua orang, mulai dari pengusaha hingga selebritas seperti bintang sepak bola Zlatan Ibrahimović, ingin ikut serta dalam industri yang sedang naik daun ini.

Pandemi COVID-19 menjadi katalisator utama yang memperkuat tren ini. Saat banyak pusat kebugaran dan fasilitas olahraga lain ditutup, aturan pembatasan yang relatif longgar di Swedia memungkinkan padel untuk berkembang pesat. Dianggap sebagai olahraga yang “aman” karena minim kontak fisik, mudah diakses, dan dapat menjadi sarana sosial di tengah isolasi, padel mencapai puncak kejayaannya. Tingkat okupansi lapangan bisa mencapai 80-90%, bahkan pada jam kerja sekalipun.

Andreas Ehrnvall, seorang veteran dalam dunia padel di Swedia, menggambarkan bagaimana para pengusaha berlomba-lomba masuk ke bisnis ini untuk mendapatkan keuntungan cepat. “Di kota Uppsala saja, dalam satu tahun jumlah lapangan melonjak dari 14 menjadi 100,” ujarnya. Padahal, menurutnya, untuk kota seukuran Uppsala dengan 200.000 penduduk, jumlah idealnya tidak lebih dari 20 lapangan.

Gelembung yang Pecah Pasca-Pandemi

Namun, euforia itu tidak bertahan lama. Setelah pandemi berakhir dan masyarakat kembali ke rutinitas normal, minat terhadap padel mulai surut. Masyarakat kembali ke olahraga lain yang sebelumnya mereka tinggalkan. Akibatnya, jumlah lapangan yang terlanjur membludak tidak lagi sebanding dengan jumlah pemain.

Banyak fasilitas yang baru dibangun menjadi kosong, dengan tingkat okupansi anjlok hingga hanya 7-8% di beberapa lokasi. Pasar yang jenuh, ditambah dengan lonjakan inflasi dan biaya operasional yang tinggi, menciptakan “badai sempurna” yang meruntuhkan industri ini. Para investor yang tergiur keuntungan cepat selama pandemi kini harus menghadapi kenyataan pahit.

Dampak Kebangkrutan yang Meluas

Keruntuhan industri padel di Swedia memicu efek domino yang signifikan. Banyak bisnis, mulai dari operator lapangan hingga produsen peralatan, mengalami kerugian besar. Menurut data dari lembaga referensi kredit Creditsafe, hampir 90 perusahaan terkait padel telah mengajukan kebangkrutan pada tahun 2023 saja.

Salah satu korban terbesarnya adalah We Are Padel (WAP), salah satu operator terbesar di negara itu. Pada puncaknya, WAP dilaporkan menderita kerugian hingga €1,4 juta setiap bulan. Akibatnya, perusahaan ini terpaksa menutup sekitar 50 fasilitasnya dan menjalani restrukturisasi besar-besaran untuk dapat bertahan. Tak hanya itu, perusahaan besar lainnya seperti PDL United juga ikut menyatakan bangkrut.

Produsen peralatan pun tak luput dari dampak. Stok raket dan bola yang diproduksi berlebihan selama masa jaya kini menumpuk di gudang, memaksa harga turun drastis.

Pelajaran dari Gelembung Padel Swedia

Kisah pasang surut industri padel di Swedia menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana sebuah tren yang meroket cepat juga bisa jatuh dengan cepat. Euforia sesaat yang didorong oleh kondisi unik seperti pandemi ternyata tidak menjamin keberlanjutan bisnis jangka panjang. Para ahli menilai, ledakan industri ini terjadi tanpa perencanaan strategis yang matang, di mana banyak investor hanya fokus pada keuntungan jangka pendek tanpa mempertimbangkan kejenuhan pasar.

Kini, pasar padel di Swedia dilaporkan mulai stabil pada tingkat yang lebih realistis. Meski demamnya telah berakhir, olahraga ini tetap memiliki basis penggemar yang solid. Kisah ini menjadi peringatan bagi negara lain, termasuk Indonesia yang saat ini sedang mengalami lonjakan popularitas padel, akan pentingnya pertumbuhan industri yang sehat dan berkelanjutan.

Saksikan video singkat dari Kompas.com mengenai perbandingan tren padel di Swedia dan Indonesia. Video ini memberikan gambaran kontras tentang bagaimana olahraga yang meredup di satu negara justru sedang berada di puncak popularitasnya di negara lain.

Essential Skills for Strong Career SuccessKarir

Essential Skills for Strong Career Success

Keunal AdminJune 19, 2023
BBM Etanol 10% (E10): Solusi Energi Hijau atau Ancaman Baru bagi Jutaan Pengguna Motor?Berita

BBM Etanol 10% (E10): Solusi Energi Hijau atau Ancaman Baru bagi Jutaan Pengguna Motor?

Keunal AdminOctober 20, 2025
Expert Tips for Sustainable GrowthTeknologi

Expert Tips for Sustainable Growth

Keunal AdminJune 17, 2023

Leave a Reply